Vitalitas

6:43:00 PM di 6:43:00 PM

Para pahlawan mukmin sejati selalu unggul dalm kekuatran spiritual dan semangat hidup. Senantiasa ada gelombang gairah kehidupan yang bertalu-talu dalam jiwa mereka. Itulah yang membuat sorot mata mereka selalu tajam, dibalik kelembutan sikap mereka. Itulah yang membuat mereka selalu penuh harapan di saat virus keputusasaan mematikan semangat hidup orang lain. Itulah vitalitas.

Tidak pernahkah kesedihan menghingggapi hati mereka? Tidak adakah jalan bagi ketakutan menuju jiwa mereka? Pernahkah mereka tergoda oleh keputusasaan untuk mengendurkan diri dari pentas kepahlawanan? Adakah di saat-saat dimana mereka merasa lemah, cemas, dan merasa tidak mungkin memenangkan pertempuran?

Para pahlawan itu tetaplah manusia biasa. Semua gejala jiwa yang dirasakan oleh manusia biasa juga dirasakan para pahlawan. Ada saat dimana mereka sedih. Ada saat dimana mereka takut. Jenak-jenak kelemahan, keputusasaan, kecemasan, dan keterpurukan juga pernah mendera jiwa mereka.

Tapi yang membedakan dengan manusia biasa adalah bahwa mereka selalu mengetahui bagaimana mempertahankan viatalitas, bagaimana melawan ketakutan-ketakutan, melawan kesedihan-kesedihan, bagaimana mempertahankan harapan di hadapan keputusasaan, bagaimana melampaui dorongan untuk menyerah dan pasrah di saat kelemahan mendera jiwa mereka. Mereka mengetahui bagaimana melawan gejala kelumpuhan jiwa.

Vitalitas hidup biasanya di bentuk dari paduan keberanian, harapan hidup, dan kegembiraan jiwa. Tapi ketiga hal ini dibentuk paduan keyakinan-keyakinan iman dan talenta kepahlawanan dalam diri mereka. Dari sini saya kemudian menemukan bahwa para pahlawan mukmin sejati selalu memilki tradisi spiritual yang khas Mereka mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang khas di bentuk oleh keyakinan yang unik terhadap keghaiban. Dengan cara itu mereka mereka mempertahankan stamina perlawanan yang konstan. Kebiasaan-kebiasaan yang khas itu biasanya berbentuk ibadah mahdhah, tapi biasanya disertai dengan perilaku-perilaku tertentu yang sangat pribadi. Misalnya dua contoh berikut ini :

Dalam suatu peperangan kaum Muslimin menemukan betapa kekuatan Ibnu Taimiyah melampaui para mujahidin lainnya. Mereka pun menanyakan rahasia kekutan itu pada Ibnu Taimiyah. Beliau menjawab:"Ini adalah buah dari Ma'tsurat yang selalu saya baca di pagi hari setelah shalat subuh sampai terbitnya matahari. Saya selalu menemukan kekuatan yang dahsyat setiap setelah melakukan wirid itu Tapi jika suatu saat saya tidak melakukannya, saya akan merasa lumpuh pada hari itu."

Suatu saat - dalam perang Yarmuk - Khalid bin Walid menyuruh dengan marah beberapa pasukannya untuk mencari topi perangnya yang hilang dari kepalanya. Beberapa saat kemudian pasukannya muncul dan melaporkan kalau topi Khalid tidak berhasil ditemukan. Khalid pun marah dan menyuruh mereka mencarai kembali. Akhirnya mereka menememukannya. Tapi Khalid merasa perlu menjelaskan sikapnya yang unik itu. "Dibalik topi perang saya ini ada beberapa helai rambut Rasulullah SAW. Tidak pernah saya memasuki suatu peperangan dan memakai topi ini melainkan pasti saya merasa yakin bahwa Rasulullah SAW selalu mendoakan kemenangan bagi saya."

Itu hanyalah sebentuk hubungan yang sangat pribadi dengan Rasulullah yang pernah menggelarinya "Pedang Allah Yang Senatiasa Terhunus."



Read More..
7:27:00 AM di 7:27:00 AM

SELAMAT ATAS TERPILIHNYA AKH. WIDODO ( PENDIDIKAN SOSIOANTROPOLOGI 2006 ) SEBAGAI KETUA KIFS PERIODE 2009 - 2010

Read More..
8:20:00 AM di 8:20:00 AM




Read More..

Sehari Israel Bantai 135 Orang, Mayoritas Anak-anak dan Wanita

2:33:00 AM di 2:33:00 AM

Gaza – Infopalestina: Jumlah korban dalam peristiwa serangan Israel ke sejumlah rumah warga sipil dan tiga sekolah milik PBB meningkat. Ratusan warga Palestina dibombardir Israel setelah mereka mencari perlindungan dari rumah-rumah sehingga total korban sehari sebanyak 135 orang meninggal dan 100 lainnya luka-luka.

Sejumlah keluarga Palestina dibombardir Israel di Jalur Gaza ketika pesawat-pesawat Israel menyerang sejumlah sekolah milik badan bantuan
PBB untuk pengungsi (UNRWA) yang digunakan oleh warga sebagai tempat perlindungan akibat aksi brutal Israel yang menyerang rumah-rumah mereka di sebelah timur Jabalia, utara Jalur Gaza.

Berdasarkan perhitungan sementara, jumlah korban meninggal setelah sekolah Fakhura miliki UNRWA digempur di sebelah timur Jabalia meningkat menjadi 45 orang dan lebih dari 50 luka-luka. Sementara lima korban lainnya meninggal dalam serangan di dua sekolah lainnya yang juga milik UNWRA pada Selasa siang kemarin.

Ketua biro delegasi umum UNWRA Adnan Abu Hasanah menegaskan sebelumnya dalam pernyataan persnya bahwa Israel sudah diberi tahu oleh pihak PBB soal tempat sekolah-sekolah yang dijadikan perlindungan sejumlah keluarga Palestina yang meninggalkan rumah mereka yang dibom Israel melalui pesawat tempur. Bendera UNWRA dikibarkan di atas sekolah itu. Namun Israel tetap menyerangnya.

Sumber medis Palestina dan saksi mata menegaskan bahwa ada 12 jenazah gugur dari satu keluarga, tujuh di antaranya gugur dalam serangan ke sejumlah rumah pada Selasa pagi di perkampungan Zaitun sebelah timur kota Gaza. Satu keluarga itu adalah keluarga Al-deyah ketika rumah-rumah mereka dengan empat lantai dibom Israel di perkampungan Zaitun. Sumber saksi mata menegaskan bahwa sejumlah jasad korban hingga kini masih berada di reruntuhan bangunan dan kondisi para korban tercabik-cabik oleh senjata organik Israel.

Sumber menambahkan bahwa tujuh dari korban adalah anak-anak yang usianya antara setahun hingga 12 tahun serta tiga wanita. Kondisi jasad korban tercabik-cabik. Sementara sumber menegaskan baha tim evakuasi medis mengevakuasi Selasa kemarin 23 orang yang ditemukan di sejumlah wilayah yang menjadi sasaran pesawat tempur Israel. Di antaranya gedung keamanan di Gaza yang berada dalam keadaan gelap gulita. Mereka menyebut serangan ini paling dahsyat semenjak Israel melakukan serangan selama 10 hari terakhir.

Para aktifis HAM Palestina dan tim medisnya menuding militer Israel menggunakan roket-roket dan rudal yang dilarang oleh kesepakatan dunia internasional dalam operasi militernya. Sehingga kebanyakan kondisi korban tubuhnya terbakar. (bn-bsyr)

Read More..

Hari Keenam Pembantaian Gaza, 420 Gugur dan 2100 Terluka

3:09:00 AM di 3:09:00 AM

Gaza – Infopalestina: Pesawat-pesawat tempur Zionis Israel terus melakukan bombardir ke Jalur Gaza. Rudal-rudalIsrael menghancurkan rumah-rumah warga, gedung pemerintah, masjid-masjid dan fasilitas umum lainnya. Memasuki hari keenam, Kamis (01/01/09), jumlah korban meninggal mencapai lebih 420-an syuhada dan 2100-an terluka, sedang 300-an lainnya dalam kondisi kritis.

Pembantaian terganas yang dilakukan pesawat tempur Israel pada
hari Kamis kemarin adalah serangan ke rumah pemimpin Hamas Dr. Nazar Rayyan di Jabaliya, wilayah utara Jalur Gaza, yang merupakan kawasan padat penduduk.

Jumlah korban meninggal dalam aksi ini mencapai 16 orang syuhada. Di antaranya adalah 4 istri korban dan 9 anak laki-laki dan perempuan korban.

Dalam serangan udara lain, rudal Israel mengantam rumah petinggi Hamas lainnya, Muhammad Ilyan, di kamp pengungsi Nusairat. Serangan juga terjadi pada rumah Nabiel Abu Umarain, salah seorang kader Hamas. Israel juga menggempur pos latihan Brigade al Qassam di timur kota Rafah. Belum ada laporan adanya korban hingga sekarang.

Pesawat-pesawat tempur Zionis Israel melakukan serangan secara massif yang difokuskan pada sepanjang perbatasan di Beit Hanun ke utara dan kampung al Tufah serta Jabaliya di timur laut Jalur Gaza. Serangan ini dilakukan Israel sebagai pendahuluan pergerakan tank-tank tempur Israel untuk memulai gempuran dari darat.

Menteri Kesehatan Palestina Dr. Baseem Naeem sebelumnya telah menegaskan bahwa korban pembantaian terbuka yang dilakukan Zionis Israel di Jalur Gaza sejak hari Sabtu (27/12), terus bertambah banyak. Terlebih ada ratusan korban luka yang dalam kondisi kritis dan puluhan lainnya masih di bawah puing-puing reruntuhan.

Naeen menegaskan persediaan obat-obatan dan kebutuhan medis lainnya sangat kurang untuk menghadapi kondisi darurat ini. Dia mengungakapkan ada 105 jenis obat-obatan utama yang stoknya nol, 225 kebutuhan medis lainnya stoknya juga nol. Sementara itu 93 bahan khusus laboratoriam stoknya juga nol.

Naeem mengatakan 50% mobil ambulan tidak bisa beroperasi karena tidak ada gas dan bahan bakar akibat blockade. Saat ini juga sangat dibutuhkan pembangkit listrik. Naeem menegaskan semua itu sudah terjadi sejak sebelum pembantaian yang dimulai Israel Sabtu lalu dan akibat blockade Israel. Dia mengatakan, “Agresi terjadi di tengah-tengah sikap diam Arab yang membunuh dan persekongkolan dunia.”

Dia menyatakan pasukan penjajah Zionis Israel tidak hanya menggempur isntitusi-institusi dan gedung-gedung namun mulai mengempur fasilitas-fasilits sipil dan rumah-rumah warga. Ada puluhan peringatan untuk mengosongkan rumah dan ancaman kepada para penghuninya akan dihancurkan di atas kepala mereka. Dia meminta pengiriman tim medis Arab dan rumah sakit-rumah sakit lapangan untuk membantu pengobatan korban luka di saat-saat korban tiba. Dia mengimbau Negara-negara Arab untuk mengirim obat-obatan dan kebutuhan medis secepatnya dan mengganti kekurangan mobil ambulan dengan mengirim mobil ambulan yang siap beroperasi.

Pihak Mesir sendiri tetap menolak membuka pintu gerbang Rafah untuk pengiriman obat-obatan, peralatan medis serta tim medisnya ke Jalur Gaza. Mesir hanya mengizinkan pengiriman korban ke gerbang Rafah untuk kemudian diangkut ke Mesir atau Negara Arab lainnya.

Mengenai pengiriman korban luka melalui gerbag Rafah ke Mesir, Naeem mengatakan, “Ada kesulitan membawa korban ke luar Jalur Gaza. Padahal ada banyak korban luka yang sangat serius. Apapun upaya membawa korban dengan tidak aman justru membuat hidup mereka terancam bahaya. Kami masih ingat meninggalnya 6 korban luka di Arisy terakhir.”

Dia mengatakan, “Kami siap membawa korban luka kapan kondisi mereka stabil.” Dia menegaskan bahwa pemerintah Haniyah sudah meminta mobil ambulan Mesir masuk ke Gaza untuk mengevakuasi korban namun mereka menolak dengan alasan politik. Naeem mengatakan, “Siapa yang ingin membantu rakyat Palestina dalam ujian ini maka harus memudahkan sampainya tim dokter dan rumah sakit lapangan masuk secepatnya pada saat-saat sulit di Jalur Gaza.”

Menurutnya, sudah ada ratusan dokter Arab yang menunjukkan kesiapan mereka untuk masuk ke Jalur Gaza. Sebagian mereka sudah bermalam di sisi perbatasan Mesir dari gerbang Rafah berharap bisa masuk. Namun otoritas Mesir menahan mereka.

Dia menambahkan, bahkan tim medis dari departemen kesehatan Palestina sudah berada di sisi Jalur Gaza dari gerbang Rfah sejak pagi untuk menerima bantuan medis Arab, namun otoritas Mesir tidak mengizinkan mereka masuk hingga saat ini.

Naeen mengucapkan terima kasih kepada Negara-negara yang sudah membantu seperti Qatar, Arab Saudi dan Libia. Namun pihaknya kembali meminta Mesir mempermudah masuknya bantuan ini dan membuka gerbang untuk masuk tim tim medis ke Jalur Gaza. (seto)

Read More..

Korban Gaza: Mereka Membombardir Kami Saat Sedang Bersujud

3:05:00 AM di 3:05:00 AM

Kairo – Infopalestina: “Saat kami sedang bersujud menghadap Allah, tiba-tiba kami mendengar raungan pesawat tempur Zionis Israel yang datang dari jauh. Tidak lama kemudian pesawat-pesawat pembunuhan itu memuntahkan bom-bom ke arah kami. Semua itu terjadi dalam hitungan menit hingga masjid yang kami ada di dalamnya dihancurkan dari atas kepala-kepala kami.”

Inilah kalimat yang menuturkan kepedihan.
Yang menggambarkan aksi bombardemen pesawat tempur Israel ke rumah-rumah Allah di Jalur Gaza. Kalimat itu dituturkan Ramadhan Khaled al Afsy, salah seorang dari 13 korban luka yang sampai di rumah sakit Nasher di Kairo, Mesir, dari total 36 korban luka Jalur Gaza yang berhasil dibawa ke wilayah Mesir.

Khaled (27), menuturkan sisi lain “genosida Gaza yang kedua”. Dia mengatakan, “Saya adalah satu di antara warga kamp pengungsi Nusairat di Jalur Gaza. Bersamaan dengan dimulainya gempuran Israel ke seluruh wilayah Jalur Gaza Sabtu (27/12) siang lalu, saya bersama sekelompok orang berangkat menunaikan shalat dzuhur di masjid al Zahra, sebuah masjid kecil di kamp pengungsi Nusairat.”

Dia menambahkan, “Baru saja kami memulai pada rekaat pertama hingga missil-missil pesawat pembunuhan Israel menghantam kami saat kami sedang bersujud. Saya saat itu hanya bica memohon kepada Allah agar melindungi kami semua dari segala keburukan dan mengembalikan tipu daya mereka ke leher-leher mereka.”

Dia merasa bersyukur atas apa yang menimpanya, lebih baik dari apa yang menimpa yang lainnya. Khaled menuturkan, “Tiba-tiba saja masjid sudah dihancurkan total dari atas kepala-kepala kami. Bukan hanya masjid satu-satunya. Namun sejumlah rumah warga di sekitar masjid juga dihancurkan. Nasibku agak lebih baik. Karena saya berada di dekat pintu masjid yang dipenuhi dengan jamaah shalat. Saya berhasil dikeluarkan dengan segera dari bawah reruntuhan puing-puing masjid dan dibawa ke rumah sakit. Kami, 40 jamaah shalat tertimpa masjid dari atas kepala-kepala kami akibat bombardemen Israel. Saya tidak tahu sampai sekarang, apa yang terjadi pada mereka (jamaah yang lain).”

Khaled, meskipun mengalami patah tulang di kedua pundahknya dan sejumlah tulang rusuk serta terkena serpihan rudal di pinggang kanannya, sehingga membuatnya sangat sulit berbicara, namun dia terus melanjutkan penuturannya. “Sesampainya saya di rumah sakit as Shifa di kotaGaza, saya tahu bahwa Zionis Israel menjadikan masjid-masjid sebagai sasaran bombardemennya. Saya tahu pesawat-pesawat tempur Israel menghancurkan sejumlah masjid lainnya. Di antaranya adalah masjid as Shifa di barat Gaza, masjid al Qassam di Khan Yunis, masjid Imad Aqil di utara Jalur Gaza, masjid Abu Bakar ash Shidiq di kamp pengungsi Jabaliya dan masjid al Istiqamah di kota Rafah,” tuturnya.

Khaled, yang kini dirawat di lantai empat bagian gawat darurat di rumah sakit Nasher, Mesir, dengan bercucuran air mata melanjutkan penuturannya. “Saya memiliki 9 anak. Saya tidak tahu nasib sebagian dari mereka sekarang. Meskipun salah seorang anak saya sudah menghubungi saya dan menenangkan saya soal mereka, namun saya belum mendengar suara mereka. Saya cemas mereka tertimpa bahaya,” ungkapnya sedih.

Mengenai perjalanannya hingga sampai ke Mesir dia mengatakan, “Saya tinggal di rumah sakit as Shifa di Jalur Gaza selama dua hari. Selama itu kondisi saya terus memburuk. Senin malam saya sampai di Kairo setelah diangkut mobil ambulan dari kotaGaza ke perbatasan Mesir. Kemudian mobil ambulan di perbatasan Mesir membawa saya ke rumah sakit Arisy. Dari sana saya dibawa ke Kairo karena saya sangat membutuhkan tindakan operasi cukup rumit.”

Para Dokter Menangis

Dengan suara bercampur cucuran air mata, Khaled menyerukan semua pihak segera membawa para korban luka agresi biadab Israel di Jalur Gaza ke Mesir untuk mendapatkan pengobatan. “Para dokter di rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza menangir karena kengerian yang mereka saksikan dan sedikitnya kemampuan yang mereka miliki. Saya sampaikan kepada semua, rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza sama sekali tidak memiliki apa-apa untuk mengobati korban. Semua penuh dengan korban luka.”

Di kamar sebelah Khaled, berbaring rekannya bernama Syukri Muhammad Riyad, yang menuturkan kondisi kerja pegawai medis di Jalur Gaza. “Saya bekerja di departemen kesehatan pemerintah Gaza di kota Rafah. Saat saya melakukan tugas mengevakuasi korban luka, kepala saya kejatuhan bagian tembok yang roboh dan membuat jaringan mata saya terputus.”

Dengan sangat sedih Riyad menegaskan, “Korban luka di rumah sakit-rumah sakit Jalur Gaza tidak mendapatkan apa-apa bahkan sekadar tempat untuk meringankan rasa sakit mereka. Kami semua berharap derita sakit itu bisa berkurang dengan pengiriman korban luka ke rumah sakit-rumah sakit Mesir dan sampainya bantuan Arab ke Jalur Gaza.” Hingga Selasa (30/12), jumlah korban luka yang sampai di Mesir baru 36 orang, sebagian besar mereka dalam kondisi kritis, untuk mendapatkan pengobatan yang semestinya.

Korban Terus Bertambah

Sejak sabtu (27/12) siang jet-jet tempur Zionis Israel membombardir seluruh wilayah Jalur Gaza. Rumah-rumah warga, masjid dan fasilitas umum menjadi target bombardemen Israel. Hingga hari keenam, Kamis 01/01/09), jumlah korban gugur mencapai lebih 420-an syuhada dan lebih 2100-an terluka, 300-an di antaranya dalam kondisi kritis.

Menteri Kesehatan Palestina Dr. Baseem Naeem sebelumnya telah menegaskan bahwa korban pembantaian terbuka yang dilakukan Zionis Israel di Jalur Gaza sejak hari Sabtu (27/12), terus bertambah banyak. Terlebih ada ratusan korban luka yang dalam kondisi kritis dan puluhan lainnya masih di bawah puing-puing reruntuhan.

Naeen menegaskan persediaan obat-obatan dan kebutuhan medis lainnya sangat kurang untuk menghadapi kondisi darurat ini. Dia mengungakapkan ada 105 jenis obat-obatan utama yang stoknya nol, 225 kebutuhan medis lainnya stoknya juga nol. Sementara itu 93 bahan khusus laboratoriam stoknya juga nol.

Naeem mengatakan 50% mobil ambulan tidak bisa beroperasi karena tidak ada gas dan bahan bakar akibat blockade. Saat ini juga sangat dibutuhkan pembangkit listrik. Naeem menegaskan semua itu sudah terjadi sejak sebelum pembantaian yang dimulai Israel Sabtu lalu dan akibat blockade Israel. Dia mengatakan, “Agresi terjadi di tengah-tengah sikap diam Arab yang membunuh dan persekongkolan dunia.”

Dia menyatakan pasukan penjajah Zionis Israel tidak hanya menggempur isntitusi-institusi dan gedung-gedung namun mulai mengempur fasilitas-fasilits sipil dan rumah-rumah warga. Ada puluhan peringatan untuk mengosongkan rumah dan ancaman kepada para penghuninya akan dihancurkan di atas kepala mereka. Dia meminta pengiriman tim medis Arab dan rumah sakit-rumah sakit lapangan untuk membantu pengobatan korban luka di saat-saat korban tiba. Dia mengimbau Negara-negara Arab untuk mengirim obat-obatan dan kebutuhan medis secepatnya dan mengganti kekurangan mobil ambulan dengan mengirim mobil ambulan yang siap beroperasi.

Pihak Mesir sendiri tetap menolak membuka pintu gerbang Rafah untuk pengiriman obat-obatan, peralatan medis serta tim medisnya ke Jalur Gaza. Mesir hanya mengizinkan pengiriman korban ke gerbang Rafah untuk kemudian diangkut ke Mesir atau Negara Arab lainnya.

Mengenai pengiriman korban luka melalui gerbag Rafah ke Mesir, Naeem mengatakan, “Ada kesulitan membawa korban ke luar Jalur Gaza. Padahal ada banyak korban luka yang sangat serius. Apapun upaya membawa korban dengan tidak aman justru membuat hidup mereka terancam bahaya. Kami masih ingat meninggalnya 6 korban luka di Arisy terakhir.”

Dia mengatakan, “Kami siap membawa korban luka kapan kondisi mereka stabil.” Dia menegaskan bahwa pemerintah Haniyah sudah meminta mobil ambulan Mesir masuk ke Gaza untuk mengevakuasi korban namun mereka menolak dengan alasan politik. Naeem mengatakan, “Siapa yang ingin membantu rakyat Palestina dalam ujian ini maka harus memudahkan sampainya tim dokter dan rumah sakit lapangan masuk secepatnya pada saat-saat sulit di Jalur Gaza.”

Menurutnya, sudah ada ratusan dokter Arab yang menunjukkan kesiapan mereka untuk masuk ke Jalur Gaza. Sebagian mereka sudah bermalam di sisi perbatasan Mesir dari gerbang Rafah berharap bisa masuk. Namun otoritas Mesir menahan mereka.

Dia menambahkan, bahkan tim medis dari departemen kesehatan Palestina sudah berada di sisi Jalur Gaza dari gerbang Rfah sejak pagi untuk menerima bantuan medis Arab, namun otoritas Mesir tidak mengizinkan mereka masuk hingga saat ini.

Naeen mengucapkan terima kasih kepada Negara-negara yang sudah membantu seperti Qatar, Arab Saudi dan Libia. Namun pihaknya kembali meminta Mesir mempermudah masuknya bantuan ini dan membuka gerbang untuk masuk tim tim medis ke Jalur Gaza. (seto)

Read More..

Renungan 1 Muharam 1430 H

5:50:00 AM di 5:50:00 AM

“Demi Masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan saling nasehat dalam kebenaran dan saling nasehat dalam kesabaran.”
(QS. Al Ashr: 1-3

Ada apa dengan ‘waktu’ sehingga

Allah SWT berfirman atas namaNya? Begitupun dalam surat lain, Allah juga banyak
menggunakan kata turunan dari waktu.

Allah SWT ingin mengingatkan manusia
betapa pentingnya waktu. Ada banyak kewajiban dari seorang muslim sehingga seorang
imam besar di Mekkah pernah mengatakan kewajiban muslim lebih banyak ketimbang
waktu yang tersedia.

Momen pergantian tahun bagi
seorang muslim adalah momen untuk menuju perbaikan diri. Di sanalah tempat amal
dinilai dan diperbandingkan dengan amal pada tahun sebelumnya. Apakah lebih
baik, sama atau bahkan lebih buruk.

“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18)

Dengan apa setiap detik-detik
kehidupan akan kita isi, Allah akan menanyakannya kepada kita dalam kubur nanti.
Malaikat bertanya “Di mana umurmu dihabiskan?”

Kemudian di Padang Mahsyar, Allah
akan membeberkan semua tanpa terkecuali apa-apa yang telah kita lakukan, yang
tersembunyi atau yang terang-terangan. Allah akan menghadirkan saksi yang tak
lain adalah tangan kita, kaki kita dan anggota tubuh lainnya. Mereka akan
bercerita dengan fasih apa saja yang pernah kita lakukan.

Hakikat pergantian tahun baru
sebenarnya adalah sebuah pertambahan usia dengan satuan terkecilnya adalah
detik. Detak jantung kita tidak lain adalah suara kita mengetuk pintu kematian.
Hanya saja kita tidak pernah tahu kapan pintu itu akan dibuka. Jika telah
dibuka maka berhenti pula detak jantung kita.

Rasulullah bersabda: “Demi Allah,
aku beristigfar dan bertaubat kepada Allah sehari lebih dari tujuh puluh kali.”
(HR. Bukhari)

Sekarang, saatnya kita membasuh
luka dengan obat istighfar dan menyucikan diri dengan air mata taubat. Jika
Rasul SAW yang telah diampuni dosa beliau sebelum dan sesudahnya (ma’shum)
beliau bertaubat lebih dari 70 kali sehari, lantas bagaimana dengan kita yang
otaknya telah terpolusi pikiran jahili, yang perutnya terisi makanan yang
dipertanyakan halal haramnya, dan rohaninya kosong dan rapuh oleh godaan
duniawi.

Bahkan Nabi Yunus AS pernah
berdo’a: “Tiada Tuhan selain Engkau, Maha suci Engkau. Sesungguhnya aku adalah
termasuk orang-orang yang zolim.” Sedangkan Nabi Adam AS berdo’a: “Ya Tuhan
kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni
kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”

Para nabi bukan tidak pernah
berbuat salah. Mereka juga manusia, sama seperti kita. Apa yang membuat mereka
tetap dicintai Allah adalah mereka bertaubat terhadap kesalahan mereka dan
menyesal serta tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama.

Itulah sebabnya mengapa Umar
memilih saat hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah sebagai permulaan bulan dalam
kalender Hijriah.

Karena hikmah perpindahan
(hijrah) yang ingin disampaikan oleh beliau. Yaitu perpindahan dari keburukan
menjadi kebaikan, dari pekat kegelapan menuju kepada gilang-gemilang cahaya.

Read More..